Maka Cemburulah #SaveOurselvesToBecomeDayuts edition

Bismillah,

Setiap insan pernah merasakan cemburu, namun adakah rasa cemburu tatkala melihat kemaksiatan ? Kini kita lihat bagaimana fenomena yang ada bila rasa cemburu telah hilang.

Betapa banyak orang yang mengaku dirinya memiliki rasa cemburu, namun justru menanggalkan pakaian malu dengan melakukan perbuatan-perbuatan haram atau membiarkan kemaksiatan. Padahal Rasulullah Shalallahu’alaihi Wassallam telah mewasiatkan kepada umatnya agar memiliki akhlak Al-Ghoiroh (cemburu).

Beliau telah menerangkan kedudukan akhlak yang utama ini dalam sabdanya (yang artinya) :
“Sesungguhnya Allah Subhanahu Wa Ta’ala cemburu dan cemburunya Allah bila seseorang mendatangi apa yang Allah haramkan atasnya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Beliau Shalallahu’alaihi Wassallam menjelaskan bahwa Allah memiliki sifat cemburu bila dilanggar keharaman-keharamannya dan dilampaui batasan¬-batasannya, dan siapa yang telah melanggar apa yang Allah haramkan berarti telah (berani) melewati sebuah pagar yang besar.

Akhlak AI-Ghoiroh ini begitu menghujam dalam hati para sahabat, karena perhatian dan kesungguhan mereka dalam mengikuti wasiat Rasulullah Shalallahu’alaihi Wassallam. Sa’ad bin Ubadah Radhiyallahu ‘anhu berkata :
“Seandainya aku melihat seorang laki-laki bersama istriku niscaya aku akan memukulnya dengan pedang sebagai sangsinya. Nabi Shalallahu’alaihi Wassallam bersabda, “Apakah kalian takjub dengan cemburunya Sa’ad, sesungguhnya aku lebih cemburu darinya dan Allah lebih cemburu dari padaku”. (HR. Bukhari).

Akhlak ini juga berpengaruh dalam diri Aisyah Radhiyallahu ‘anha tatkala ia berkata : “Aku mendengar Rasulullah Shalallahu’alaihi Wassallam bersabda :”Manusia akan dikumpulkan pada hari kiamat dalam keadaan tidak bersandal, telanjang dan belum berkhitan”. Aku berkata, “Perempuan dan laki-laki berkumpul, (berarti) sebagian mereka akan melihat sebagian yang lain ?!” Nabi Shalallahu’alaihi Wassallam bersabda, “Wahai Aisyah ! Urusan saat itu lebih mengerikan dari pada mereka saling melihat”. (HR.Bukhari).
Karena rasa cemburulah Aisyah Radhiyallahu ‘anha belum berfikir tentang ketakutan yang terjadi pada hari itu.

Demikian pula Ali Radhiyallahu ‘anhu ketika diutus kesuatu negeri beliau berkata kepada penduduknya : “Aku telah mendengar bahwa wanita-wanita kalian akan mendekati orang-orang kafir azam di pasar-pasar, tidakkah kalian cemburu, sesungguhnya tidak ada kebaikan bagi orang yang tidak memiliki rasa cemburu.”

Begitulah Al-Ghoiroh yang besar dalam diri para sahabat dan akhlak ini akan tetap berpengaruh pada diri orang-orang yang berpegang teguh dengan atsar salaf dan mengikuti jalan mereka.
Sebaliknya, al-ghoiroh hanya sekedar menjadi pengakuan bagi orang-orang yang ucapannya menyelisihi perbuatannya. Mereka mengaku memiliki rasa cemburu, namun membiarkan istri dan anak-anak perempuannya keluar rumah dengan menampakkan wajah, lengan, dada dan lekuk-lekuk tubuh, kemudian menjadi tontonan gratis para lelaki jalanan.

Suami yang demikian hendaknya memperhatikan peringatan Rasulullah Shalallahu’alaihi Wassallam dalam sabdanya :
“Tiga gologan yang tidak akan masuk syurga dan Allah tidak akan melihat mereka pada hari kiamat, orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya, perempuan yang menyerupai laki-laki, dan dayuts.” (HR. Nasa’i 5 :80-81; Hakim 1: 72, 4 : 146, Baihaqi 10 : 226 dan Ahmad 2 : 134).

Dayuts ditafsirkan hadits-hadits lain, yaitu : Seorang kepala rumah tangga yang membiarkan kejelekan atau kerusakan dalam rumah tangganya. (Fathul Bari 10 : 401).

Dayuts juga ditafsirkan oleh ulama : orang yang tidak cemburu terhadap istrinya. Karena tiadanya rasa cemburu, akhirnya nampaklah perbuatan-perbuatan yang mengotori rasa malu dan melemahkan muru’ah (wibawa) sebagaimana perbuatan wanita-wanita jahil zaman sekarang.

Perhatikanlah, betapa banyak kita saksikan para wanita yang bertabaruj atau menampakkan keindahan perhiasan tubuhnya didepan umum. Kita lihat para wanita yang belajar dan bekerja diantara barisan para lelaki, mereka bekerja bersama lelaki sebagaimana salah seorang mereka bekerja bersama salah seorang keluarganya yang mahram, mengendarai mobil dan bersafar bersamanya atau kita lihat juga perginya seorang wanita bersama sopir pribadi ke tempat-tempat seperti pasar, sekolah dan lain-lain, tanpa rasa malu sedikitpun, bahkan sopir tadi dengan bebasnya keluar masuk rumah sebagaimana mahramnya tanpa wanita itu merasa berdosa dan malu pada sopirnya, dengan dalih ia hanya seorang sopir.

Betapa banyak terjadi kesalahan dan pelanggaran kehormatan dengan sebab mengikuti hawa nafsu dan kebodohan. Kita lihat pula perbuatan wanita yang membeli dan melihat majalah-majalah cabul dan film hina serta mendengarkan musik dan lagu. Atau perbuatan wanita yang menari dalam resepsi pernikahan dan berbagai pesta dengan diiringi hiruk-pikuknya suara musik serta mengenakan pakaian yang dapat membangkitkan syahwat.

Lalu, apakah para wanita itu mengetahui apa makna malu yang sebenarnya?!!. Ataukah para wali-wali para wanita itu menyangka bahwa mereka adalah orang-orang yang memiliki AI-Ghoiroh (cemburu) ?!! Sungguh hal itu amat jauh
Oleh karena itu hendaklah kita kembali dan bertaubat kepada Allah aza wajalla dan menghisab atas apa yang telah kita lakukan berupa kebaikan dan keburukan.

[Kitab wa Asafa Alal Ghoiroh oleh Ummu Abdillah].

Source: (AbuAyaz’s blog)

Pict. source: http://ruriresmawati.wordpress.com/2012/03/28/betulkah-cemburu-itu-tanda-cinta-2/

Maka Cemburulah #SaveOurselvesToBecomeDayuts edition

Bismillah,

Setiap insan pernah merasakan cemburu, namun adakah rasa cemburu tatkala melihat kemaksiatan ? Kini kita lihat bagaimana fenomena yang ada bila rasa cemburu telah hilang.

Betapa banyak orang yang mengaku dirinya memiliki rasa cemburu, namun justru menanggalkan pakaian malu dengan melakukan perbuatan-perbuatan haram atau membiarkan kemaksiatan. Padahal Rasulullah Shalallahu’alaihi Wassallam telah mewasiatkan kepada umatnya agar memiliki akhlak Al-Ghoiroh (cemburu).

Beliau telah menerangkan kedudukan akhlak yang utama ini dalam sabdanya (yang artinya) :
“Sesungguhnya Allah Subhanahu Wa Ta’ala cemburu dan cemburunya Allah bila seseorang mendatangi apa yang Allah haramkan atasnya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Beliau Shalallahu’alaihi Wassallam menjelaskan bahwa Allah memiliki sifat cemburu bila dilanggar keharaman-keharamannya dan dilampaui batasan¬-batasannya, dan siapa yang telah melanggar apa yang Allah haramkan berarti telah (berani) melewati sebuah pagar yang besar.

Akhlak AI-Ghoiroh ini begitu menghujam dalam hati para sahabat, karena perhatian dan kesungguhan mereka dalam mengikuti wasiat Rasulullah Shalallahu’alaihi Wassallam. Sa’ad bin Ubadah Radhiyallahu ‘anhu berkata :
“Seandainya aku melihat seorang laki-laki bersama istriku niscaya aku akan memukulnya dengan pedang sebagai sangsinya. Nabi Shalallahu’alaihi Wassallam bersabda, “Apakah kalian takjub dengan cemburunya Sa’ad, sesungguhnya aku lebih cemburu darinya dan Allah lebih cemburu dari padaku”. (HR. Bukhari).

Akhlak ini juga berpengaruh dalam diri Aisyah Radhiyallahu ‘anha tatkala ia berkata : “Aku mendengar Rasulullah Shalallahu’alaihi Wassallam bersabda :”Manusia akan dikumpulkan pada hari kiamat dalam keadaan tidak bersandal, telanjang dan belum berkhitan”. Aku berkata, “Perempuan dan laki-laki berkumpul, (berarti) sebagian mereka akan melihat sebagian yang lain ?!” Nabi Shalallahu’alaihi Wassallam bersabda, “Wahai Aisyah ! Urusan saat itu lebih mengerikan dari pada mereka saling melihat”. (HR.Bukhari).
Karena rasa cemburulah Aisyah Radhiyallahu ‘anha belum berfikir tentang ketakutan yang terjadi pada hari itu.

Demikian pula Ali Radhiyallahu ‘anhu ketika diutus kesuatu negeri beliau berkata kepada penduduknya : “Aku telah mendengar bahwa wanita-wanita kalian akan mendekati orang-orang kafir azam di pasar-pasar, tidakkah kalian cemburu, sesungguhnya tidak ada kebaikan bagi orang yang tidak memiliki rasa cemburu.”

Begitulah Al-Ghoiroh yang besar dalam diri para sahabat dan akhlak ini akan tetap berpengaruh pada diri orang-orang yang berpegang teguh dengan atsar salaf dan mengikuti jalan mereka.
Sebaliknya, al-ghoiroh hanya sekedar menjadi pengakuan bagi orang-orang yang ucapannya menyelisihi perbuatannya. Mereka mengaku memiliki rasa cemburu, namun membiarkan istri dan anak-anak perempuannya keluar rumah dengan menampakkan wajah, lengan, dada dan lekuk-lekuk tubuh, kemudian menjadi tontonan gratis para lelaki jalanan.

Suami yang demikian hendaknya memperhatikan peringatan Rasulullah Shalallahu’alaihi Wassallam dalam sabdanya :
“Tiga gologan yang tidak akan masuk syurga dan Allah tidak akan melihat mereka pada hari kiamat, orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya, perempuan yang menyerupai laki-laki, dan dayuts.” (HR. Nasa’i 5 :80-81; Hakim 1: 72, 4 : 146, Baihaqi 10 : 226 dan Ahmad 2 : 134).

Dayuts ditafsirkan hadits-hadits lain, yaitu : Seorang kepala rumah tangga yang membiarkan kejelekan atau kerusakan dalam rumah tangganya. (Fathul Bari 10 : 401).

Dayuts juga ditafsirkan oleh ulama : orang yang tidak cemburu terhadap istrinya. Karena tiadanya rasa cemburu, akhirnya nampaklah perbuatan-perbuatan yang mengotori rasa malu dan melemahkan muru’ah (wibawa) sebagaimana perbuatan wanita-wanita jahil zaman sekarang.

Perhatikanlah, betapa banyak kita saksikan para wanita yang bertabaruj atau menampakkan keindahan perhiasan tubuhnya didepan umum. Kita lihat para wanita yang belajar dan bekerja diantara barisan para lelaki, mereka bekerja bersama lelaki sebagaimana salah seorang mereka bekerja bersama salah seorang keluarganya yang mahram, mengendarai mobil dan bersafar bersamanya atau kita lihat juga perginya seorang wanita bersama sopir pribadi ke tempat-tempat seperti pasar, sekolah dan lain-lain, tanpa rasa malu sedikitpun, bahkan sopir tadi dengan bebasnya keluar masuk rumah sebagaimana mahramnya tanpa wanita itu merasa berdosa dan malu pada sopirnya, dengan dalih ia hanya seorang sopir.

Betapa banyak terjadi kesalahan dan pelanggaran kehormatan dengan sebab mengikuti hawa nafsu dan kebodohan. Kita lihat pula perbuatan wanita yang membeli dan melihat majalah-majalah cabul dan film hina serta mendengarkan musik dan lagu. Atau perbuatan wanita yang menari dalam resepsi pernikahan dan berbagai pesta dengan diiringi hiruk-pikuknya suara musik serta mengenakan pakaian yang dapat membangkitkan syahwat.

Lalu, apakah para wanita itu mengetahui apa makna malu yang sebenarnya?!!. Ataukah para wali-wali para wanita itu menyangka bahwa mereka adalah orang-orang yang memiliki AI-Ghoiroh (cemburu) ?!! Sungguh hal itu amat jauh
Oleh karena itu hendaklah kita kembali dan bertaubat kepada Allah aza wajalla dan menghisab atas apa yang telah kita lakukan berupa kebaikan dan keburukan.

[Kitab wa Asafa Alal Ghoiroh oleh Ummu Abdillah].

Source: (AbuAyaz’s blog)

Pict. source: http://ruriresmawati.wordpress.com/2012/03/28/betulkah-cemburu-itu-tanda-cinta-2/

@Telkomspeedy #Broadband Ready, Menilik Peran Internet di Bulan Ramadhan – Mendekatkan yang jauh, menjauhkan yang dekat? @Suara Muslim Surabaya.

Assalaamu’alaykum warahmatullahi wabarakatuh.

Perkembangan teknologi informasi yang begitu pesat bak pesawat ulang alik yang meluncur ke ruang angkasa dewasa ini tak pelak lagi membawa perubahan di berbagai sisi. Mulai dari kemudahan dalam berkomunikasi, digitalisasi penyebaran informasi, komputerisasi pelayanan publik, kemudahan bertransaksi, dan berjuta ribu macam perubahan lainnya yang semakin memanjakan masyarakat dari berbagai lapisan dan penjuru dunia.

Tak percaya? Cobalah tengok kebunku, penuh dengan bunga. Ada yang putih dan ada yang merah #halah.. Maksud saya, cobalah tengok di sekitaran Anda. Tak usah jauh-jauh. Radius 1 meter saja. Niscaya, kelak kan kau dapati suatu kenyataan, entah itu pahit atau manis asam asin ramai rasanya. Ya! Anda akan dapati pemandangan, betapa saat ini, manusia tak dapat dipisahkan lagi dengan yang namanya teknologi informasi a.k.a. IT. Lihat saja, Anda akan mendapati setiap orang setidaknya memiliki satu buah telepon genggam. Bahkan mungkin setiap orang punya dua. Satu untuk GE ES EM dan satunya lagi untuk SE DE EM A. Bahkan ada juga barangkali yang mengklasifikasikan “istri/suami keduanya” itu (baca: HAPE) sbb: 1 untuk keperluan kantor, 1 untuk keperluan usaha (online store misalnya), 1 untuk temen main, 1 untuk cuma main (main ular2an, burung marah, tetris, dsb), 1 untuk mantan pacar (baca: istri/suami), 1 untuk nagih utang. Ya, kalau tidak bisa punya multi-hapenya, paling tidak bisa juga punya multi-simcard nya. Atur saja :). Padahal, zaman saya masi sekolah pakai celana pendek dulu, saya ingat betul kalau emak saya harus naik mikrolet (angkot) ke arah pasar, di atas jam 9 malam (incer diskon), menuju sebuah toko kecil yang dinamakan WARTEL, hanya untuk menelepon seseorang nun jauh sana. Saya juga masih ingat dimana, saya masih bisa menggunakan uang koin 100 perak, 200 perak, dan 500 perak untuk menelepon (tentunya terbatas untuk kawasan lokal, JABOTABEK kala itu). Usilnya, kawan saya “tak kekurangan akal” untuk mengakali koin tersebut, agar menjadi re-use-able coin dengan melubangi koin, dan mengikatnya dengan seutas benang, sehingga ketika selesai menelepon, koin bisa digunakan kembali -__- . Atau bisa juga gunakan lidi untuk “mencolok” lubang koin di telepon umum, alih-alih membantu petugas melancarkan saluran koin yang mampat. Biasanya, satu dua tiga koin berjatuhan menjadi reward si cilik kala itu. Ah, masa kecil memang penuh kenangan. Eh tapi jangan ditiru ya adik-adik yang budiman! NAMUN sekarang? Bisa dilihat perbedaannya antara komunikasi telepon before and after rapid IT development? (Renungkan sendiri saja ya!) Itu baru perincian tentang salah satu dari poin kesatu: “kemudahan dalam berkomunikasi”. Kalau saya jabarkan lebih dalam lagi poin-poin tersebut, bisa-bisa notes ini jadi sebuah buku novel berlembar-lembar. Hehehe.

Nah, salah satu kunci sukses pemicu menjamurnya produk-produk IT abad ini adalah kemajuan akan apa yang kita kenal dengan istilah INd*mi TEloR korNET alias INTERNET! Makhluk satu ini tak diragukan lagi menjadi biang keladi perubahan termasiv dan tercepat abad ini. Ya, kehadirannya dinanti, kepergiaannya ditakuti karena ia telah menjadi ruh dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di zaman reformasi sekarang ini. MERDEKA! (Mumpung masih suasana tujuhbelasan :D). Namun katanya, internet itu bak dua sisi mata pisau. Ada yang tajam ada yang tumpul. Sudah itu, ketajamannya pun bisa jadi bermanfaat di satu sisi, namun melukai di sisi yang lain. HATI-HATI dan BIJAK dalam menggunakannya, sudah barang tentu menjadi prosedur yang harus dipatuhi oleh para pemakainya.

Salah satu pemanfaatan internet yang cukup bijak diantaranya adalah menggunakan internet untuk mendukung kegiatan kita di bulan penuh berkah, bulan yang mulia, bulan Ramadhan ini (akhirnya masuk ke inti cerita juga :D). Dan tenang saudara-sudara! Saya sudah siapkan ceritanya. Cerita tentang bagaimana pengalaman saya mengenai kegunaan internet di bulan Ramadhan, especially Ramadhan special di tahun ini. Mau tau ceritanya? Mau tau? Beneran mau tau? Hmmm… kalau begitu, jangan kemana-mana. Stay tune di sham FM, kita kembali setelah pariwara mutiara hadits berikut ini……
———————————————————————————————————————
Mutiara Hadits
جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ : جئْتُ أبَايِعُكَ عَلَى الْهِجْرَةِ، وَتَرَكْتُ أَبَوَيَّ يَبْكِيَانِ، فَقَالَ : ((اِرْخِعْ عَلَيْهِمَا؛ فَأَضْحِكْهُمَا كَمَا أَبْكَيْتَهُمَا))
“Seseorang datang kepada Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wa sallam dan berkata, “Aku akan berbai’at kepadamu untuk berhijrah, dan aku tinggalkan kedua orang tuaku dalam keadaan menangis.” Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Kembalilah kepada kedua orang tuamu dan buatlah keduanya tertawa sebagaimana engkau telah membuat keduanya menangis.” (Shahih : HR. Abu Dawud (no. 2528), An-Nasa-i (VII/143), Al-Baihaqi (IX/26), dan Al-Hakim (IV/152))
———————————————————————————————————————

Ya! Kita kembali lagi di acara: Kisah kasih internet di bulan ramadhan. Bersama saya, dzul el Falimbaniy, gate keeper mas Heri, dan program director mas Hasan??, dan segenap kru radio Sham FM semoga Allah merahmati mereka semua. Lanjut! Seperti janji saya, pada segmen kali ini, akan saya coba utarakan beberapa pengalaman pribadi saya, selama beramadhan taun ini, ditemani sang bintang tamu kita, pak Internet. Mari kita sapa pak Internet yang sudah bersama kita di ujung telepon sana. Halo, pak Internet. Bapak masih di sana? Halo… halo… (#penyiar_mulaipanik).. Yak, sayang sekali nampaknya kita sedang mengalami gangguan teknis. Tim teknik sedang mencoba menghubungi kembali pak Internet, narasumber kita kali ini. Yak sambil menunggu koneksi kembali, baiknya saya ceritakan serba serbi pengalaman pak internet di ramadhan saya taun ini. 🙂

Jadi, begini ceritanya. Tahun ini, 1433 Hijriyah 2012 Masehi, Alhamdulillah saya mendapatkan kesempatan untuk menikmati Ramadhan di bumi Allah belahan lain. Belahan mana? Belahan utara. Utara mana? Utara Eropa. Eropanya dimana? Ya di utara. Nanya lagi gw doain enteng jodoh lo! Zzzzzzzzz… Hmm, oke-oke.. 😀 Yak betul! Finlandia nama negaranya. Negara yang berpenduduk sekitar se-kota Surabaya di siang hari – ini (mas Hasan, 2012) memiliki populasi umat islam sebesar sekitar 1 persen saja (silahkan kunjungi: Serba-serbi Islam di Finlandia). Lumayan lah ya. Alhamdulillah masih sesuatu. Yak.. nampaknya kita sudah terhubung kembali dengan narsum kita, pak Internet. Yak…halooo…Pak internet?  Halooooo…. Hmm, nampaknya koneksi kita tadi terputus.. Bapak baik-baik saja disana? Haloo..halooo…. hmmm… yak sayang sekali sepertinya kita masih belum tersambung. 🙂

Yak, lanjut saja. Show must still go on. Life must still move on. Sebagai pengalaman pertama berRamadhan di negeri orang, tentu saja banyak hal baru yang berbeda, saya rasakan selama menjalaninya. Salah satu pengalamannya, bisa disimak di link berikut ini (iklan lagi): Ramadhan in Finland – Fasting for 43 hours? . Sebagai perantau, yang hidup berpuluhribu kilometer jaraknya dari tanah air, saya pikir, saya akan merasakan banyak kehilangan jika kita membicarakan tentang Ramadhan. Tak seperti di tanah air, Ramadhan disini begitu sunyi begitu sepi nyaris tak terdengar. Hanya sayup-sayup terdengar di sebuah komunitas minoritas beranggotakan 1000an orang saja. Warga sini bahkan tidak kenal dengan yang namanya Ramadhan. Tak seperti di Indonesia, yang tarawih dimana-mana, murattal dimana-mana, kajian dimana-mana, sahur dimana-mana, ifthar dimana-mana, yang jika saja ada orang non Indonesia tinggal/mengunjungi Indonesia saat Ramadhan, tentu saja mereka akan dengan jelas merasakan perbedaannya (silakan kunjungi: Testimoni Ramadhan seorang turis Finlandia di Indonesia (in Finnish) ) Perbedaan nuansa, suasana, lingkungan, yang keindahannya tak bisa dituliskan dengan kata-kata, tak bisa pula dilukiskan dengan sketsa-sketsa. MashaAllah. Hendaknya bersyukurlah kita-kita yang masih dapat merasakan nikmatnya berRamadhan di negeri dimana azan masih bisa bebas berkumandang, dimana syiar islam masih bisa mudah dipandang.

Namun, Alhamdulillah ‘alaa kulli hal, kenyataannya tak seseram yang dibayangkan. Rupa-rupanya, saat ini jarak tak lagi jadi halangan. Betapa pun/ berapa pun jauhnya secara fisik, namun secara non-fisik, insyaallah kita masi bisa dekat. Karena apa? Ada yang tau? Yang tau saya kasi voucher 50 ribu dan VCD Taushiah oleh Ust. Dr. Amir Faishal Fath, MA. 😀 Yak betul! Pemenang dengan like terbanyak edisi kali ini jatuh pada mas Nasheer, dan pemenang favorit ada dua, yaitu mas Rifky dan mas Zubaid. :p Jawaban atas pertanyaan kenapa eh kenapa bisa begitu adalah karena eh karena: ……… jeng..jeng… INTERNET! Yup. Seperti yang telah saya duga sebelumnya, makhluk astral satu ini tak dinyana menjadi wasilah pencerah dikala gulita, pelepas dahaga dikala dahaga dan pengenyang perut insan dikala lapar.

Mau tau kisahnya lebih lanjut? Kita saksikan setelah pariwara berikut ini. #Gak deng. Pariwara mulu. Lanjut! Berikut beberapa poin mengenai pengalaman saya berinternet di bulan ramadhan taun ini:

1. Ngaji baca online.
Sekarang ini, ga ada alasan lagi buat gak ngaji. Kalo ada orang yang bilang ga bisa ngaji, karena itu dan ini, maka gak ragu lagi, orang itu cuma lagi beralasan or cari-cari alasan (teorema 1). Betapa tidak! Berjuta-juta jaringan informasi tersebar begitu crowded-nya di era digital saat ini, dengan kemudahan mengaksesnya bahkan dari atas tempat tidur Anda! Di mobil, di motor (bahaya gak ya), di kendaraan umum, di dapur, ruang tamu, kantor, pasar, mall, dimanapun! Materi kajian terpampang di depan mata kepala Anda. Hanya beberapa centi jaraknya dari mata dan jari jemari Anda. Yang perlu Anda lakukan adalah: tidak ada! Kecuali mantapkan niat, buka browser, klik mbah gugel atau tuju situsnya langsung (jika tahu), bahkan sekarang sudah ada search engine yang dinamakan yufid.com, karya anak bangsa yang mengembangkan sebuah mesin pencarian “islami” yang tajam, akurat, dan terpercaya. Ibaratnya, syaikh gugelnya umat islam lah. Coba saja! Mau cari tema kajian tentang apa? Aqidah, akhlak, fiqih, ibadah, muamalah, tsaqafah (wawasan) islamiyah, sakinah, konsultasi kesehatan, tanya jawab islam, dan semua materi pesantren kumplit tersedia, dan bisa diakses dari portal yufid.com. Keunggulannya dibandingkan mbah gugel apa? Keunggulannya adalah informasi yang ditampilkan untuk setiap pencarian telah disaring sedemikian rupa, sehingga hasil yang didapat akan jauh lebih “aman”, terpercaya, relevan, bisa diandalkan, dan terhindar dari “noise” informasi di antara sekian trilyun bit informasi yang tersebar di langit jagat raya. Coba saja!

2. Denger radio “islami” online/streaming
Radio! Media penyebaran informasi satu ini tak pernah lekang oleh waktu. Meskipun perkembangan teknologi pesaingnya (media cetak dan elektronik) berkembang pesat, sebut saja misalnya televisi, koran, majalah, dll, namun radio punya keunikan tersendiri yang tak tergantikan. Kenapa? Begini. Menurut hemat saya, radio punya keunggulan dari sisi efektivitas penyampaian informasi kepada pendengarnya. Tak seperti TV yang audiovisual, radio yang mengandalkan indera audio pendengarnya ini memungkinkan pendengarnya melakukan berbagai aktivitas apapun, sambil mendengarkan radio. Coba saja Anda bayangkan! Kita bisa menyetir mobil, tidur di kasur, memasak di dapur, mencuci pakaian dan piring, memasang popok bayi, menyetrika, menyiram tanaman, mencangkul tanah, memotong bawang, membajak sawah, mengulek bumbu gado-gado, meracik sajian bakso dan bakwan malang, menunggu penumpang becak, andong dan ojek, apapun itu secara simultan, sembari mendengarkan siaran radio kesayangan Anda! Tapi TV? Mata Anda ‘dipaksa’ oleh TV untuk tetap tertuju padanya! Dan Anda tidak bisa melakukan apa-apa, selain ngemil keripik singkong/gorengan, itupun juga makannya tidak dengan melihat. Meleng dikit, remote TV Anda makan. 🙂 Apalagi koran dan majalah. Nah, lebih lanjut, radio dengan wasilah internet, menjadi lebih mudah untuk dijangkau, tidak hanya untuk kawasan lokal daerah tertentu saja, melainkan juga untuk kawasan nasional, regional, bahkan internasional. Kebayang gak, dulu kala, kalo di masa depan (which is saat ini) seorang yang tinggal di Finlandia bisa mendengar radio lokal yang sejatinya didirikan untuk melayani pendengar lokal di Surabaya dan sekitarnya? Dulu saya tidak kebayang. Tapi sekarang? Saya mengalaminya :). Ya! Radio streaming-lah solusinya! Pake apa? INTERNET jawabannya. Pilihan radio yang bisa menemani Ramadhan saya? Banyak! Pastinya salah satunya adalah SHAM FM atau juga RadioRodja serta masih banyak lagi radio lainnya yang mengantarkan kekayaan ilmu dan kebaikan hikmah bahkan ke dalam kamar tidur Anda! 

TV-holics

3. Ngaji audio online
Ngaji audio juga salah satu aktivitas yang bisa dilakukan dengan bantuan INTERNET! Ngaji audio yang dimaksud disini adalah bentuk ngaji interaktif live, yang diadakan oleh penyelenggara di suatu tempat, dan diikuti/dihadiri oleh peserta dari mana saja mereka berada. Batas negara tak jadi batasan. Contohnya, pengajian KeKita (Pengajian mingguan yang diadakan oleh pelajar dan umat muslim Indonesia di Italia, menggunakan media Skype). Pengajian diisi oleh Ustadz-ustadz yang tinggal di Italia maupun Indonesia, dan dihadiri oleh (utamanya pelajar Indonesia dari Italia, juga negara lain seperti Jerman, Spanyol, termasuk Finlandia). MashaAllah. Betapa internet itu sangat bermanfaat jika kita benar-benar mau memanfaatkannya dengan bijak. Contoh lainnya, saya bisa menghadiri kajian membahas hadits Arbain yang diselenggarakan oleh sahabat-sahabat saya di Madrasah78 setiap minggunya, dipandu oleh abang kami, Bang Jek el Batawiy, begitu kami menyapanya, pakai skype juga. Akherat dapet, dunia dapet insyaAllah.

4. Update inpoh & status tanah air dan mancanegara
Tinggal di luar negeri bukan berarti terputus kontak dengan berita dari tanah air. Adalah penting untuk tetap meng-update berita-berita dan informasi dari tanah air (juga mancanegara), supaya kita ga jadi katak dalam tempurung. Update berita dari saudara-saudara kita di Rohingya, Palestina, Suriah, dll bisa menjadi contohnya. Wawasan nasional, juga mancanegara merupakan satu hal yang tidak boleh dilewatkan, jika kita mau bertahan hidup di dunia yang memiliki persaingan keras ini. Kita bersaing dengan 7 Milyar penduduk dunia yang haus informasi. Ketika melamar pekerjaan misalnya, kita akan “diadu” wawasan kita, dengan pelamar lain, sehingga hanya orang-orang yang berwawasan-lah yang mampu melaju ke babak berikutnya. Hari ini masih ga berwawasan????? Perlu dipikir lagi tuh HAPE di kantong dipake buat apa aja selama ini? Hehe

5. Silaturahim online
Silaturahim! Mendekatkan yang jauh. Meskipun jarak memisahkan, tapi kedekatan kita terhadap orang-orang yang kita cintai bisa tetap terjaga.. dengan wasilah apa? INTERNET jawabannya! Medianya apa saja? Buanyak aja.. Ada Skype, YM, FB, twitter, WhatsApp, Gtalk, dan masi banyak yang lainnya. “Tetap terhubung” merupakan kebutuhan yang dapat dengan mudah terpenuhi dewasa ini. Jika dulu, kita butuh telepon kabel, atau surat pos, yang membutuhkan waktu berminggu-minggu dan merogoh kocek bermilyar-milyar (#yg ini lebay), tapi dengan skype (misalnya), cukup butuh koneksi internet! :). TAPII inget pesan bang napi! WASPADALAH…WASPADALAH…. Jangan sampai kita alih-alih Mendekatkan yang jauh, tapi malah menjauhkan yang dekat! Ini nih yang kadang-kadang kita sering lupa. Sangking asyiknya bersosialisasi dengan yang jauh, yang di depan mata kita dicuekin. Semua sibuk dengan kesibukannya masing-masing berinternet ria. Kalo sudah begini, namanya jadi “Semut di ujung dunia bisa terlihat, tapi Gajah di pelupuk mata tidak kelihatan”. Tapi saya yakin, kelakuan seperti itu tidak ada di diri pembaca yang budiman. Shahih?? :p

Wah, tidak terasa ya.. Sampai disini, baik secara sadar maupun tidak sadar, Saudara sudah membaca sebuah tulisan yang panjangnya 4 halaman A4 Microsoft Word, font size 11, spasi 1,15. Dan sekarang kita sedang masuk ke halaman kelima. Panjang-kah? Ah, saya rasa tidak. Masi jauh lebih pendek dibandingkan novel Harry P*tter yang tebalnya mengalahkan kitab suci kita! Hmm, baiklah mohon maaf para pembaca yang budiman, kalau tulisan ini dirasa terlalu panjang dan menyiksa bola mata Saudara :). Bagaimana pun, saya jadi menggiring pembaca untuk membaca uraian yang minim kandungan ilmu ini, sehingga membuang-buang waktu Saudara :). Tapi bener loh, orang Indonesia itu harus didorong supaya lebih giat/doyan membaca. Mengingat minat baca orang Indo masih kalah jauh dibandingkan 6 Milyar penduduk dunia lainnya! Coba renungkan. Bahkan ayat quran yang pertama turun memerintahkan kita untuk: MEMBACA (Iqra’)! Saya juga termasuk orang yang malas membaca lho! Tapi, ketika menulis, saya jadi tau, betapa lebih enaknya menjadi seorang pembaca. Mereka sudah disediakan bahan bacaan, dan yang pelrlu dilakukan adalah: Tidak Ada! Kecuali membacanya saja (jika mau). Lah kalo penulis? Kudu nyari bahan, data, otak-atik data, olah data, analisis, kemudian menyajikannya sedemikian rupa sehingga menjadi kumpulan huruf demi huruf, kata demi kata, kalimat demi kalimat, bait demi bait yang terkoneksi satu demi satu dan dapat menyampaikan pesan yang ingin disampaikan tentunya dengan memahami keinginan dan situasi pembacanya. Setidaknya saya jadi tahu (#bukan temennya tempe) sekarang. Kalau pingin tau gimana enaknya membaca, cobalah rasakan enaknya menulis. Setidaknya itu cara saya membunuh kemalasan saya untuk membaca. Dalam hati, saya bergumam, “Jul, kalo lo mau malas membaca, maka lo kudu nulis sesuatu!” yang gimana caranya supaya saya sendiri bisa menghasilkan sebuah tulisan yang mana tulisan itu tidak membuat saya malas membacanya :). Lha wong tulisan dewek.. Lagipula, ketika menulis, mau tidak mau kita pasti akan membaca naskah tulisan kita itu berulang-ulang. Kemudian memperbaikinya. 🙂

……Yak, nampaknya sekarang kita sudah terhubung kembali dengan narasumber kita, Pak Internet.. Haloo pak Internet?? Anda bisa dengar suara saya?… Ya, halo-halo.. Bisa mas… Alhamdulillah… Yak, Pak Internet, maaf sekali.. sebenernya kita pingin ngobrol-ngobrol lebih lama lagi, tapi karena keterbatasan waktu jua lah yang mengharuskan kita untuk mengakihiri bincang-bincang kita ini. Terakhir pak Internet, ada yang mau disampaikan barangkali? Hmmm.. Baik, pesan saya: “gunakanlah internet dengan bijak dan bertanggung jawab”………….

Sekian uraian singkat dari saya, semoga bermanfaat. Mohon maaf atas segala kekurangan. Saya hanyalah makhluk kasar yang dha’if. Karena makhluk halus yang kuat itu syaithan yang terkutuk. :p

Oulu, 26 Ramadhan 1433 H/ 14 Agustus 2012
Jabat erat seorang kawan,

dZul-qarnain Afriandi el Falimbaniy

Picture courtesy of Djogdja.net
Picture courtesy of Republika.co.id

Sebab Mekarmu Hanya Sekali (Download ebook gratis)

Assalaamu’alaykum…

Pakabar Romadhonnya??? Still ajib lah yak…
Minta waktu semenit dua menit buat ngiklan bentaran yak….

***
Anda-kah seorang wanita muslimah yang telah, sedang, dan akan senantiasa sholihah?
Anda-kah para khadijah, aisyah, fathimah yang telah, sedang dan akan senantiasa istiqomah di jalanNya?
Anda-kah itu yang dibekali waktu 48 x 30 menit sehari, oleh Sang Rahman dan Rahiim?
Anda-kah yang saat ini sedang diliput dahaga dan lapar akan siraman2 dan nutrisi teruntuk si hati kecil?
Anda-kah seorang nice girl who want to keep in a nice form, forever until the happy closing episode?

Jika iya-Anda-lah ia-…maka kagak salah lagi dah…Anda pantas dihadiahi sebuah surat cinta yang singkat ini, yang ditulis dari seorang ayah teruntuk putri-putri tercintanya.. Haikal Hira Habibillah-lah namanya… Lumayan buat nemenin ngabuburit kite dalam menanti detik-detik membahagiakan itu..ya! detik-detik tetes demi tetes air mulai membasahi kerongkongan kita, setelah seharian kering kerontang di padang ilalang…Atawa, lumayan juga buat mengisi kekosongan waktu dan kekosongan koleksi bacaan (baca: makanan & minuman buat hati dan benak), di sela-sela aktipitas kite…Cuma 1×30 menit dari 48 kesempatan yang Allah berikan setiap harinya, untuk mengkhotomkan bacaan ini,kok! 

Akan tetapi,
Jika Anda-lah yang tengah disibukkan dengan berbagai aktipitas (entah itu untuk DUNIA atau AKHERAT Anda),
Jika Anda-lah yang tidak memiliki waktu cukup untuk membuang-buang waktu membaca bacaan (yang tampak) tidak berguna ini,
Jika Anda-lah yang sudah kenyang bin kembung akan makanan & minuman teruntuk si hati kecil kita,

Maka,
Tak perlulah Saudari kuatir dan berkecil hati…Kami temukan solusinya!
Cukuplah disimpan sahaja dahulu tulisan ini, ke dalam database koleksi filateli pembendaharaan waiting list Anda..Jaga-jaga kalo-kalo nanti-nanti Anda-Andi membutuhkannya-membutuhkannya…he-he
Atawa, ijinkanlah sejenak kawan-kawan, sudara2, sanak famili, kerabat, kolega, partner, agan2, yang Anda sayangi teruntuk memperoleh kesempatan yang sama mencoba “apa yg diiklankan disini”…Caranya: ya tinggal klik tombol forward aje kok…okkee?? Jaahiduu…Semoga Allah memberkahimu, ku, kita semua! Allahumma aamiinn..

NB: buat bapak2 juga boleh kok…itung2 buat referensi bikin surat cintanya sendiri..hehe
***
Sekian iklan dari kami. Besar harapan kami, iklan ini bermanfaat untuk agan-agan sekalian..Berikut terlampir bacaan ybs dlm bntuk ebook pdf… Atas perhatian dan kerjasama Saudari, kami haturkan terimakasih…maaf atas ketidaknyamanan yang terlaksana dari interaksi kita kali ini..

Hamba yang Dhoif

Dzul

Download (unduh) here

Sebab Mekarmu Hanya Sekali
Haikal Hira Habibillah

Ketika angin zaman menerpamu
Di atas cadas ataupun lumpur cemar
Teruslah mewangi wahai kuntumku
Tetaplah indah di padang liar
Hingga kaulah yang akan dipetik
Sebab mekarmu hanya sekali! Baca entri selengkapnya »

Surat Cinta Untuk Saudariku

Penulis: Ummu Sa’id
Muroja’ah: Ustadz Subkhan Khadafi

Wahai saudariku,
Kembalilah!
Kembalilah dalam ketaatan sebelum terlambat!
Kematian bisa datang kapan saja.
Bukankah kita ingin meninggal dalam ketaatan?
Bukankah kita tidak ingin meninggal dalam keadaan bermaksiat?
Bukankah kita mengetahui bahwa Allah mengharamkan bau surga bagi wanita-wanita yang berpakaian tapi telanjang?
Berpakaian tapi tidak sesuai dengan syariat maka itu hakekatnya berpakaian tetapi telanjang!
Tidakkah kita rindu dengan surga?
Bagaimana bisa masuk jika mencium baunya saja tidak bisa?

Saudariku,
Apalagi yang menghalangi kita dari syari’at yang mulia ini?
Kesenangan apa yang kita dapat dengan keluar dari syari’at ini?
Kesenangan yang kita dapat hanya bagian dari kesenangan dunia.
Lalu apalah artinya kesenangan itu jika tebusannya adalah diharamkannya surga (bahkan baunya) untuk kita?
Duhai…
Apa yang hendak kita cari dari kampung dunia?
Apalah artinya jika dibanding dengan kampung akhirat?
Mana yang hendak kita cari?

Kita memohon pada Allah Subhanahu wa Ta’ala
Semoga Allah menjadikan hati kita tunduk dan patuh pada apa yang Allah syariatkan. Dan bersegera padanya…

Saudariku,
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mensyariatkan kepada para muslimah untuk menutup tubuh mereka dengan jilbab.
Lalu jilbab seperti apa yang Allah maksudkan?
Jilbab kan modelnya banyak…
*Semoga Allah memberi hidayah padaku dan pada kalian untuk berada di atas ketaatan dan istiqomah diatasnya*
Iya, saudariku.
Sangat penting bagi kita untuk mengetahui jilbab seperti apa yang Allah maksudkan dalam perintah tersebut supaya kita tidak salah sangka.
Sebagaimana kita ingin melakukan sholat subuh seperti apa yang Allah maksud, tentunya kita juga ingin berjilbab seperti yang Allah maksud.

“Ya… terserah saya! Mau sholat subuh dua rokaat atau tiga rokaat yang penting kan saya sholat subuh!”

“Ya… terserah saya! Mau pake jilbab model apa, yang penting kan saya pake jilbab!”

Mmm…
Tidak seperti ini kan? lanjut